Istilah Thoriqoh berasal dari kata At-Tarik yang
berarti jalan, keadaan, kepada hakikat. Pengertian Thoriqoh Menurut para ahli:
1. Harun Nasution
Thoriqoh adalah jalan yang harus di tempuh seorang
sufi dalam tujuan sedekat mungkin dengan Tuhan. Thoriqoh kemudian mengandung
arti organisasi, setiap thorikoh mempunyai Syekh, upacara rituil dan bentuk
zikir sendiri.
2. Hamka
Maka diantara makhluk dan Khalik itu ada perjalanan
hidup yang harus`ditempuh. Inilah yang kita katakan Thoriqoh.
3. H.Abu Bakar Atjeh
Thoriqoh artinya jalan, petunjuk dalam melaksanakan
suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada
guru-guru,sambung menyambung dan berantai.
Dari pendapat di atas`dapat diambil pengertian
Thoriqoh sebagai berikut : Yaitu sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi
yang diikuti seorang murid, yang dilakukan dengan aturan/cara tertentu dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam perkembangannya thoriqoh
itu kemudian digunakan sebagai nama kelompok mereka yang menjasdi pengikut bagi
seseorang Syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri
kepada Allah dan cara memberikan tuntutan dan bimbingan kepada muridnya.
Macam-Macam Thoriqoh dan Ajarannya
1) Thoriqoh Naqsabandiyah
Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin
Baha’uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa
Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini
juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam
memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata ‘Uwais’ ada pada namanya,
karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan
kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan
menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba
Al-Sammasi.
Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang
sangat sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir
dengan lisan.
Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:
• Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah
• Meninggalkan Rukhshah
• Memilih hukum yang azimah
• Senantiasa dalam muraqabah
• Tetap berhadapan dengan Tuhan
• Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.
• Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan
Tuhan dalam hati)
• Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi
diri dengan hal-hal yang memberi faedah
• Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.
• Zikir tanpa suara
• Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
• Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW
Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk
mencapai tujuan dalam Thorikoh ini, yaitu:
a. Tobat
b. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai
yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan,
sebab ia tidak mampu memperbaikinya)
c. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup
seperlunya saja)
d. Taqwa
e. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala
sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT)
f. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu
hanya pada Allah)
Hukum yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh
Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu:
a. Zikir
b. Meninggalkan hawa nafsu
c. Meninggalkan kesenangan duniawi
d. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan
sungguh-sungguh
e. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk
Allah SWT
f. Mengerjakan amal kebaikan
Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya :
a. I’tiqad yang benar
b. Menjalankan sunnah Rasulullah
c. Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang
tercela
d. Taubat yang benar
e. Menolak kezaliman
f. Menunaikan segala hak orang
g. Mengerjakan amal dengan syariat yang benar
2. Thoriqoh Qadariyah
Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir
Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah
sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad.
Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain
Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah berpengaruh luas di dunia timur.
Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang
dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk
mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya.
Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:
• Tinggi cita-cita
• Menjaga kehormatan
• Baik pelayanan
• Kuat pendirian
• Membesarkan nikmat Tuhan
3. Thoriqoh Sadziliyah
Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali
Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih
keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia
dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili
terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman
makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya,
konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak
sejak ia masih kecil.
Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu:
• Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
• Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan
perkataan
• Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan
membelakang
• Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak
• Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.
Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling
mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat
kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan:
a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat.
b. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima
waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain.
c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya.
d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin atau
minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali
sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.
e. Membaca shalawat minimal seratus kali
sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.
4. Tarikat Rifaiyah
Pendirinya Tarikat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad
bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106
M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M).
Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh
pamannya, Mansur Al-Batha’ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu
pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali
Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi’i. Dalam usia 21 tahun, ia
telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda
sudah mendapat wewenang untuk mengajar.
Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan
zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang
bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana
mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain
berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak
mempan oleh senjata tajam.
5. Tarikat Khalawatiyah
Tarikat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat
Suhrawadiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar
Suhrawardi, yang tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka
menganggap dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya
yang terbesar terdapat di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini
termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan
nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oelh kawan-kawannya diberi
gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H.
Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar
Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab
“Awariful Ma’arif”, sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik
perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya
“Ihya Ulumuddin” yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya
dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal pada
tahun 638 H .
6. Tarikat Khalidiyah
Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal
dari tarekat Thaifuriyah dan cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan,
Turki, India, dan Jawa. Disebutkan dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan
oleh Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada suatu cabang Naqsabandiyah di Turki,
yang berdiri dalam abad ke XIX, bernama Khalidiyah.
Menurut sebuah kitab dari Baharmawi Umar, dikatakan,
bahwa pokok-pokok tarekat Khalidiyah Dhiya’iyah Majjiyah, diletakkan oleh
Syeikh Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi, yang lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab
ini berisi silsilah dan beberapa pengertian yang digunakan dalam tarekat ini,
setengahnya tertulis dalam bentuk sajak dan setengahnya tertulis dalam bentuk
biasa. Dalam silsilah dapat dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai dengan
Dhiyauddin Khalid.
7. Tarikat Sammaniyah
Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru
tasawwuf yang masyhur, disebut Muhammad Samman, seorang guru terikat yang
ternama di Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di
antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar
di Aceh, bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun
1720 M. Sejarah hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan Syeikh
Muhammad Samman, ditulis bersama kisah Mi’raj Nabi Muhammad, dalam huruf arab,
disiarkan dan dibaca dalam kalangan yang sangat luas di Indonesia sebagai bacaan
amalan dalam kalangan rakyat.
8. Tarikat Rifa’iyah
Tidak banyak kita mengetahui tentang tarekat ini,
meskipun namanya terkenal di Indonesia karena tabuhan rebana, yang namanya di
Aceh rapa’i, perkataan yang terambil dari Rifa’i, pendiri dan penyiar terekat
ini, begitu juga dikenal orang Sumatera permainan debus, menikam diri dengan
sepotong senjata tajam, yang diiringi zikir-zikir tertentu.
Akhmad ibn Ali Abul Abbas, yang dianggap pencipta
daripada terekat Rifa’iyah itu. Ia meninggal di Umm Abidah pada 22 Jumadil Awal
578 H, sedang tanggal lahirnya diperselisihkan orang. Dalam kitab-kitab tua
tulisan tangan, yang masih terdapat di sana sini di seluruh Indonesia, kita
masih mendapati ajaran-ajaran Ahmad Rifa’i ini, meskipun gerakan ini tidak
begitu kelihatan lagi hidup dalam masyarakat. Tarekat Rifa’iyah ini, yang
mula-mula berdiri di Irak kemudian tersiar luas ke Basrah, sampai ke Damaskus
dan Istanbul di Turki. Cabang-cabangnya yang terdapat di Syiria ialah Hariyah,
Sa’diyah dan Sayyadiyah, dll. Terutama dalam abad yangke XIX Masehi. Cabang
Sa’diyah di syiria didirikan oleh Sa’duddin Jibawi, yang bercabang pula,
masing-masing didirikan oleh dan bernama Abdus Salamiyah dan Abdul wafaiyah.
9. Tarikat ‘Aidrusiyah
Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam
kalangan Ba’alawi ialah Al’aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir
tiap-tiap buku tasawuf menyebut nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang
ternama. Keluarga Al’Ahidus banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang
terkemuka, diantaranya, di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa Al’Aidus, yang
pernah menjadi pembicaraan Al-Jabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan,
bahwa S.Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang mempertemukan hakekat
dan syariat sejak kecil ia telah menghafal Al’Quran 30 jus.
10. Tarikat Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap
salah seorang qutub dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang
kitab-kitab mengenai ilmu tasawuf dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb.
Bukan saja dalam ilmu tasawuf, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang lain banyak ia
mengarang kitab. Kitabnya yang bernama : “Nasa’ihud Diniyah”, sampai sekarang
merupakan kitab-kitab yang dianggap penting. Muraqabah termasuk wasiat
Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi Tuhan, dan orang yang
sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak dan diamnya,
dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan kehendak, dalam keadaan
aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala tersembunyi, selalu menganggap
dirinya berdampingan dengan Tuhan dan diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu
seakan-akan dilihat Tuhan, jika ia tidak melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat
melihat dia dan memperhatikan segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa
Muraqabah itu termasuk maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu
dipuji-puji oleh nabi Muhammad.
11. Tarikat Tijaniyah
Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di
samping tarekat-tarekat yang lain ialah tarekat Tijaniyah. Dalam tahun beberapa
rekat ini masuk ke Indonesia tidak diketahui orang-orang secara pasti, tetapi
sejak tahun 1928 mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab
yang tinggal di Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah At-Tayib Al-Azhari,
berasal dari Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul “Kitab Munayatul
Murid”
(Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk
mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon
khususnya, dan di Jawa barat umumnya.
Pendirinya seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul
Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‘Ain Mahdi pada tahun 1150
H, (1737-1738 M). Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan bin Ali
bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya. Terekat
ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat mudah.
Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan tahlil
seratus kali. Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di Cirebon
tarekat Tijani ini pernah tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan Kiyai
Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di desa Martapada, dekat kota Cirebon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar