Selasa, 29 Desember 2015

METODE DAN PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

 I.      PENDAHULUAN
Dalam suatu rangkaian dalam proses pendidikan islam selalu tidak pernah terlepas dari metode atau cara pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Karena dalam metode tersebut menentukan hasil dari pendidikan islam itu sendiri sebelum terlihat pada saat evaluasi.
Dalam metode mencakup dan memuat banyak sekali pendeketan-pendekatan dalam pendidikan islam sebagai perwujudan strategi pendidikan islam yang dapat di konfigurasikan dengan metode pendidikan islam sendiri.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang metode dan pendekatan-pendekatan dalam pendidikan islam diantaranya; apa itu metode dan pendekatan dalam pendidikan islam, macam-macam metode dan pendekatan yang ada dalam pendidikan islam sebagai penunjang kesuksesan suatu proses pendidikan.

 II.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksud dengan metode dan pendekatan dalam pendidikan islam?
2.      Apa saja macam-macam dan prinsip metode yang ada dalam pendidikan islam?
3.      Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pendidikan islam?

 III.      PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
1.   Metode
Metode atau metoda berasal dari bahasa yunani metha dan hados. Metha berarti melalui atau melewati dan hados berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. [1]
Secara terminology Umar Muhammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya. Selain itu ada juga yang mengemukakan bahwa metode adalah separangkat cara, jalan, tehnik, yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah di tetapkan.[2]
Berikut ini ada beberapa definisi lagi yang di kemukakan oleh para ahli:
1.      Hasan Langgulung mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran.[3]
2.      Muhammad Athiyyah Al-abrasyi mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk member pemahaman kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran. Jadi, metode juga merupakan rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas.
3.      Abdurrahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik.
4.      Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan terjadinya proses belejar mengajar yang berkesan.[4]
Jadi metode pendidikan islam adalah cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan islam.[5]
2.   Pendekatan
Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah pendekatan, strategi, dan teknik sehingga dalam penggunaannya juga sering saling bergantian yang pada intinya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan atau cara yang tepat dan cepat untuk meraih tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Istilah pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filsafat, dan keyakinan, walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat pembelajaran. Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoretis yang menjadi dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Ada banyak contoh tentang pendekatan dalam pendidikan, seperti pendekatan humanisme (insaniyah), liberalisme (hurriyah), behaviorisme (sulukiyah), dan pendekatan kognitivisme (an-nazahariyah al-ma’rifiyah). Setiap dasar filosofis yang dipakai dalam pendidikan akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan teknik yang berbeda pula meskipun secara kasat mata terlihat sama.[6]
B.     Macam-Macam dan Prinsip Metode Pendidikan Islam
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pendidikan islam yaitu sebagai berikut.
1.      Pendidikan dengan hiwar
2.      Pendidikan dengan kisah Qur’ani dan Nabawi
3.      Pendidikan dengan perumpamaan
4.      Pendidikan dengan teladan
5.      Pendidikan dengan latihan dan pengamalan
6.      Pendidikan dengan ibroh dan mauidhoh
7.      Pendidikan dengan taghrib dan tarhib[7]

1.      Pendidikan dengan hiwar
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.
Jenis-jenis hiwar ada 5 macam :
a.       Hiwar khitabi merupakan merupakan dialog yang diambil antara Allah dan Hamba-Nya.
b.      Hiwar washfi yaitu, dialog antara Tuhan dan makhluk-Nya, misalnya, surah Al-Baqaroh (2:30-31).
c.       Hiwar qishasi adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari uslub kisah dalam Al-Qur’an. Misalnya, kisah Syu’aib dan kaumnya yang terdapat dalam surah Hud (11:84-85).
d.      Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah, baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebathilan, contohnya terdapat dalam surah An-Najm (53:1-5).
e.        Hiwar nabawi adalah dialog yang digunakan oleh nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.[8]
2.      Pendidikan dengan kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode kisah Qur’ani dan nabawi adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya. Dalam pendidikan islam kisah merupakan metode yang sangat penting karena dapat menyentuh hati manusia. Kisah menampilkan tokoh dalam konteks yang menyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati, seolah-olah dia sendiri yang menjadi tokohnya.
3.      Pendidikan dengan perumpamaan (amtsal)
  Penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam Al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak. Ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda yang konkret seperti, kelemahan Tuhan orang kafir yang di umpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang itu lemah sekali, bahkan disentuh dengan lidipun rusak.
  Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah. Metode ini mempunyai kelebihan karena dapat memberikan pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik serta dapat memberi kesan yang mendalam. Selain itu, dapat pula membawa pemahaman rasional yang mudah di pahami, sekaligus dapat menumbuhkan daya motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik dan meninggalkan imajinasi yang tercela.
4. Pendidikan dengan teladan (uswah hasanah)
  Memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan baik secara institusional maupun nasional. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya.ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun timur. Secara psikologis pelajar memang senang meniru tidak saja dalam hal baik tapi juga yang tidak baik. Metode ini secara sederhana merupakan cara memberikan contoh teladan yang baik tidak hanya di dalam kelas namun dalam kehidupan sehari hari. Dengan begitu peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya, seperti sholat berjamaah, kerja bakti, dan partisipasi keiatan masyarakat yang lain.
5.      Pendidikan dengan latihan dan pengalaman
  Metode pembiasaan peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak lahir. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulangi keesokan harinya dan seterusnya.
              Metode ini semakin nyata manfaatnya jika di dasarkan pada pengalaman. Artinya peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat terpuji. Misalnya, peserta didik di biasakan untuk mengucapkan salam ketika asuk kelas. Pembiasaan ini juga dapat diartikan dengan pengulangan. Oleh sebab itu, metode ini juga berguna untuk menguatkan hafalan peserta didik.
6.      Pendidikan dengan ibrah dan mauidhoh
Metode ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan. Sementara itu, mauidhoh adalah pemberian motifasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
7.      Pendidikan dengan taghrib dan tarhib
Metode targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Sementara itu, tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman (ancaman Allah) akibat perbuatan dosa yang dilakukan.[9]  
            Dalam menggunakan metode pendidikan islam yang harus diperhatikan adalah prinsip-prinsipnya. Karena dari prinsip-prinsip tersebut mampu memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan metode pendidikan sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhannya. Adapun prinsip-prinsip pendidikan islam yaitu, sebagai berikut.
1.    Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mampu menjadikan peserta didik merasa mudah menguasainya. Pendidik hendaknya mampu menyampaikan dengan baik, sehingga mudah diserap, dipahami, dan dikuasai oleh peserta didik, tidak perlu muluk-muluk dalam menggunakan metode pendidikan, yang terpenting sederhana dan mudah dipahami.
2.      Berkesinambungan
Dengan beraneka macam metode yang saling berkesinambungan materi pendidikan dan pengajaran dapat berjalan sistematis dan gamblang.  Maka dari itu pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi, jangan hanya mengejar target kurikulum.
3.      Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan islam tidak boleh monoton, pendidik hendaknya mampu memilih sejumlah alternative yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggap cocok dengan materi, kondisi, dan sarana prasarana. Prinsip kesinambungan ini berkaitan erat dengan prinsip kedinamisan, karena metode pendidikan islam akan selalu dinamis dengan situasi yang ada. [10]
         Dalam redaksi lain Prof. Dr. Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaibani mengemukakan tujuh prinsip pokok metode pendidikan islam diantaranya sebagai berikut.
a.       Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat peserta didiknya.
b.      Mengetahui tujuan pendidikan islam yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.
c.       Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan peserta didik.
d.      Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam diri peserta didik.
e.       Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman, dan kelanjutannya, keaslian, pembaruan, dan kebebasan befikir.
f.       Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi peserta didik.
g.      Menegakkan uswatun hasanah.[11]
Dari prinsip-prinsip yang telah ada diharapkan muncul metode-metode yang relative baru dari para pendidik islam. Prinsip kelenturan dan dinamisasi memberikan peluang yang sangat luas bagi mereka untuk mengembangkan metode yang sudah ada, khususnya dalam menerapkan metode ilmu pengetahuan modern dan teknologi. Dengan demikian, pendidikan islam mampu berbicara banyak dalam pembentukan manusia seutuhnya (manusia yang menguasai IPTEK dan berhati IMTAQ).
C. Pendekatan Metode pendidikan islam
Di Indonesia dikenal beberapa istilah pendekatan-pendekatan yang popular dalam pengajaran, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM), yang dapat disebut dengan edutainment. Pendekatan pertama lebih menekan pada kreatifan peserta didik sedangkan yang kedua lebih menekankan pada sisi kreativitas dan pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran aktif (active learning) merupakan dasar pijak yang menuntut pendidik agar terwujud perkembangan kreativitas. Dalam konteks pengembagan kreativitas yang sama, pendekatan kedua menambahkan agar setiap proses pendidikan dan pembelajaran selalu melihat pesrta didik sebagai manusia yang utuh dan harus dihargai serta dikasihi. Upaya itu membutuhkan suasana pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan dengan dasar bahwa pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan akan berakibat pada peningkatan motivasi peserta didik untuk mengulang dan selalu mengulang.
a. Cara melaksanakan pengajaran
Metode itu harus dimasukkan sebagai salah satu aspek saja dalam suatu system mengajar. Yang dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan metode-metode umum tersebut, melainkan petunjuk tentang bagaimana merancang “jalan-jalan pengajaran” yaitu urutan langkah mengajar.
Untuk langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain:
a.       Oleh tujuan pelajaran yang hendak dicapai pada jam peajaran. jika tujuannya keterampilan, maka urutan langkahnya ada; bila tujuannya memahami konsep, maka urutannya akan berbeda dengan bila tujuannya keterampilan; demikian setrusnya.
b.      Oleh kemampuan guru. Ada guru yang pandai berbicara; ia sebaiknya banyak menggunakan sistem ceramah. Jika guru bisa bernyanyi sebaiknya banyak menggunakan nyanyian sebagai cara mengajar. Langkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan tujuan pengajaran.
c.       Oleh keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering digunakan alat-alat. Alat-alat itu menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen yang digunakan, maka alat-alat eksperimen harus tersedia. Bila tidak ada, maka metode itu diganti dengan metode yang lain yang perlu menggunakan alat.
d.      Oleh jumlah murid. Bila muridnya banyak, katakanlah misal 100 orang dalam satu kelas, maka metode ceramah lebih baik daipada metode diskusi. Jalan pengajaran (langkah-langkah mengajar) metode ceramah tentu sangat berbeda dari langkah mengajar dalam metode diskusi (lihat Surachmad. 1980:97)
Sekali lagi, persoalan mengajar sebenarnya bukanlah terutama persoalan metode apa yang akan digunakan; persoalannya ialah bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses pengajaran. Robert Glaser memberikan pedoman umum yang dapat digunakan dalam membuat atau merencanakan langkah-langkah mengajar tersebut.
Menurut Glaser, langkah pertama dalam membuat persiapan mengajar (lesson plan) ialah menentukan tujuan pengajaran hendak dicapai pada jam pelajaran yang bersangkutan. Tujuan pelajaran tersebut tidak boleh menyimpang dari tujuan pengajaran yang lebih luas yang disebut Tujuan Instruksional Umum (TIU).
Langkah kedua, ialah menentukan enterin behavior. Istilah ini belum dapat diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia. Entering behavior ialah langkah tatkala guru menentukan kondisi siswanya yang mencangkup kondisi umum serta kondisi kesiapan kemampuan belajarnya. Karena itu, tes awal (pretest) termasuk kedalam langkah ini. Kaidah yang mendasari entering behavior ialah “kita tidak boleh mengajari orang yang belum kita kenali”.
Langkah ketiga, ialah menentukan prosedur (langkah-langkah) mengajar. Inilah bagian mengajar yang paling penting, paling sulit, dan paling rumit. Keberhasilan mengajar banyak sekali ditentukan oleh bagian ini. Untuk menentukan ini mula-mula guru hendaklah mengetahui lebih dulu mecam-macam pengajaran menurut jenis pembinaan yang harus dilakukannya.
Langkah keempat, ialah menentukan cara dan teknik evaluasi. Evaluasi disinialah tes akhir (post-test). Ini adalah tes yang dilakukan setiap selesai mengajar atau setiap kita selesai menajarkan satu unit bahan pengajaran. Pendidikan islam mencangkup pengajaran umum dan pengajaran agama. Metode pengajaran (terutama dalam arti urutan langkah-langakah mengajar) untuk pengajaran umum tidak perlu rumit permasaloahannya. Tidak terlalu rumit karena teori-teorinya mungkin 100 persen dapat kita ambil dari barat. Teori-teori pengajaran barat kita gunakan begitu saja. Untuk pengajaran agama, bagian yang menyangkut pembinaan psikomotor dan kognitif juga tidak terlalu rumit segi perancangan langkah mengajarnya. Mengajarkan cara berwudhu, misalnya, dapat kita gunakan urutan dalam pengajaran keterampilan; begitu juga dalam pengajaran membaca Al-Qur’an.[12]

IV. KESIMPULAN
Secara terminology Umar Muhammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya. Selain itu ada juga yang mengemukakan bahwa metode adalah separangkat cara, jalan, tehnik, yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah di tetapkan.
 Istilah pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filsafat, dan keyakinan, walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat pembelajaran. Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoretis yang menjadi dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Ada banyak contoh tentang pendekatan dalam pendidikan, seperti pendekatan humanisme (insaniyah), liberalisme (hurriyah), behaviorisme (sulukiyah), dan pendekatan kognitivisme (an-nazahariyah al-ma’rifiyah). Setiap dasar filosofis yang dipakai dalam pendidikan akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan teknik yang berbeda pula meskipun secara kasat mata terlihat sama.




V.    PENUTUP
Demikianlah makalah kami buat, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya, dan dapat memberikan sesuatu pemahaman kepada pemakalah secara khususnya.
Sekian dari kami apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan. Dari kami minta maaf, atas kritik dan saran yang membanun sangat kami butuhkan. Dari kami minta maaf dan atas perhatian para pembaca kami mengucapkan terima kasih.


[1] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; AMZAH, 2011), hlm. 180
[2] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; AMZAH, 2013), hlm. 138
[3] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 180
[4] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 139
[5] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 181
[6]  Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 90 
[7]  Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 187
[8]  Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 140-141
[9]  Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 139-143
[10] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 144
[11] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 188
[12]  H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 270-275

Tidak ada komentar:

Posting Komentar